KUALA LUMPUR (Reuters) - Kata-kata terakhir dari kokpit pesawat Malaysia
Airlines MH370 adalah "all right, good night". Saat kata-kata itu
diucapkan, seseorang di pesawat sudah mulai mematikan sistem pemantau
pesawat, kata seorang pejabat Malaysia.
Waktu penyampaian dan
kata-kata yang informal kepada pengendali ruang udara saat pesawat
meninggalkan kawasan Malaysia menuju Beijing semakin menguatkan dugaan
pembajakan atau sabotase.
Kata-kata 'berpamitan' itu muncul
setelah salah satu sistem data pesawat, yang memungkinkan pesawat tetap
terpantau meski di luar radar, sengaja dimatikan, kata Pejabat Menteri
Perhubungan Hishammuddin Hussein, Minggu.
"Jawaban pertanyaan
Anda adalah, ya, sistem sebelumnya sudah dimatikan," katanya pada
reporter saat ditanya apakah sistem ACARS -- komputer yang mengirimkan
data status pesawat -- sudah tak aktif saat kata-kata itu diucapkan.
Kata-kata
yang kesannya akrab tersebut tak sesuai dengan prosedur standar radio.
Pilot biasanya akan diminta untuk membaca kembali instruksi atau
menghubungi pusat kendali berikutnya serta menyebutkan identitas
pesawat, kata Hugh Dibley, mantan pilot British airways dan fellow di
Royal Aeronautical Society.
Para penyelidik mungkin kini tengah
memeriksa rekaman untuk melihat apakah ada tanda-tanda stres psikologis
dan menentukan identitas orang tersebut. Dari situ bisa diketahui,
apakah kendali pesawat diambilalih oleh pembajak atau pilot sendiri yang
terlibat.
Penyelidik Malaysia kini tengah menggali masa lalu
pilot, kru, dan staf darat yang bekerja dengan pesawat Boeing 777-200ER
untuk mencari alasan kenapa seseorang di dalam pesawat menerbangkannya
ribuan mil dari jalur yang ditentukan.
Pengecekan latar belakang
para penumpang tak membawa hasil apa-apa, namun tak semua negara yang
warganya ada di dalam pesawat membantu memberi informasi, kata kepala
polisi Khalid Abu Bakar.
Seminggu setelah menghilang, jejak
pesawat sama sekali tak ditemukan. Namun para penyelidik kini yakin
bahwa pesawat dialihkan oleh seseorang dengan pengetahuan mendalam soal
pesawat dan navigasi komersil.
Malaysia bertemu dengan wakil
dari hampir 22 negara dan meminta pertolongan internasional dalam
pencarian pesawat. Kini daerah pencarian mencapai pesisir laut Kaspia
sampai titik paling selatan Samudera Hindia.
"Area pencarian
sudah diperluas dengan signifikan," kata Hishammuddin. "Dari hanya
berfokus pada laut dangkal, kini kami melihat tanah lapang dan luas,
melewati 11 negara, begitu juga di laut dalam dan jauh."
Kasus
hilangnya pesawat membuat heran banyak penyelidik dan pakar penerbangan.
Pesawat tak terpantau radar sekitar sejam setelah berangkat dari Kuala
Lumpur menuju Beijing.
Pemerintah Malaysia kini percaya saat
pesawat menyeberangi pantai timur laut negara tersebut, dan menyeberangi
Teluk Thailand, seseorang di dalam pesawat mematikan sistem komunikasi
dan mengarahkan pesawat ke barat.
Sinyal elektronik yang
dikirimkan secara periodik ke satelit menunjukkan bahwa pesawat bisa
terus terbang selama hampir tujuh jam setelah tak terpantau di radar
militer Malaysia, lepas pantai barat laut, menuju India.
Bahan bakar dalam pesawat cukup untuk terbang selama 7,5-8 jam, kata Direktur Eksekutif Malaysia Airlines Ahmad Jauhari Yahya.
RUMAH PILOT DIGELEDAH
Sabtu
lalu, satuan khusus polisi Malaysia menggeledah rumah kapten pesawat,
Zaharie Ahmad Shah, 53, dan first officer atau co-pilot, Fariq Abdul
Hamid, 27, di kawasan perumahan kelas menengah Kuala Lumpur, dekat
bandara internasional.
Zaharie adalah seorang pilot
berpengalaman. Kolega dan mantan koleganya menggambarkan dia sebagai
seorang penerbang antusias yang suka menghabiskan waktu liburnya dengan
menerbangkan simulator penerbangan yang dia pasang di rumahnya.
Simulator penerbangan itu kini sudah diambil oleh polisi untuk diperiksa, kata kepala polisi.
Pejabat
senior kepolisian mengatakan bahwa program-program yang ada di
simulator penerbangan itu tengah diperiksa. Sejauh ini, program-program
tersebut tampak normal, penggunanya bisa berlatih terbang dan mendarat
dalam berbagai kondisi.
Sumber polisi mengatakan bahwa mereka
kini tengah melihat latar pribadi, politik, dan agama dari kedua pilot
serta kru lainnya. Khalid menambahkan bahwa staf darat yang mungkin
bekerja dengan pesawat tengah diperiksa.
Pejabat senior polisi
lainnya mengatakan pada Reuters bahwa penyelidikan tak menemukan
hubungan antara Zaharie -- ayah dari tiga anak yang sudah dewasa dan
seorang kakek, dengan grup militan.
Berbagai post Facebooknya
menyatakan bahwa si pilot adalah penentang aktif koalisi yang telah
memerintah Malaysia selama 57 tahun sejak kemerdekaan.
Sehari
sebelum pesawat hilang, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim dijatuhi
vonis 5 tahun penjara karena tuduhan sodomi. Putusan tersebut, menurut
pendukung dan kelompok pembela hak asasi internasional, kuat pengaruh
politiknya.
Ketika ditanya apakah latar Zaharie sebagai
pendukung oposisi juga diperiksa, sumber polisi pertama mengatakan,
"Kami harus menyelidiki semua kemungkinan."
Malaysia Airlines
sudah menyatakan bahwa mereka tak percaya Zaharie akan mensabotase
pesawat dan koleganya juga menyampaikan hal yang sama.
"Tolong,
biarkan mereka menemukan dulu pesawatnya. Zaharie bukan orang yang punya
kecenderungan bunuh diri, dia bukan seorang yang fanatik akan politik
seperti yang ditulis media asing," kata pilot Malaysia Airlines yang
dekat dengan Zaharie. "Apakah salah jika seseorang punya opini tentang
politik?"
Co-pilot Fariq dinilai religius dan serius akan karirnya, kata keluarga dan teman.
Kedua pilot tersebut tidak meminta secara khusus untuk terbang bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar