Kamis, 05 Februari 2015

SEBERAPA MENDESAKAH PERSIAPAN PENDIDIKAN ANAK?

Berbicara mengenai dana pendidikan, mari kita simak apa kata salah satu ahli perencana keuangan di Indonesia yaitu Bapak Syafir Senduk yang dikutip dari Tabloid Nova No. 756/XIV sebagai berikut :


Ketika beberapa hari lalu saya berbicara di sebuah seminar di Surabaya saya kaget ketika seorang peserta seminar bercerita tentang mahalnya biaya masuk kuliah dari sebuah perguruan tinggi di
Surabaya. Jumlahnya tidak usah saya ceritakan berapa, tapi yang jelas sangat mahal. Padahal, itu baru uang masuknya doang.

Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa yang namanya Biaya Pendidikan harus dipersiapkan sejak sekarang. Betul, memang tidak semua Biaya Pendidikan itu mahal. Bervariasinya bentuk sekolah, terutama sekolah yang jenjangnya sudah cukup tinggi seperti Sekolah Tinggi, Akademi atau Universitas, membuat tidak semua standar biaya bisa sama. Jangankan pendidikan tinggi, jenjang sekolah yang lebih rendah seperti SD, SMP dan SMU saja bisa bervariasi biayanya satu sama lain. Itulah karenanya beberapa di antara Anda ada yang merasa mampu untuk membayar biaya pada Sekolah A, tetapi tidak mampu untuk membayar biaya pada Sekolah B yang harganya lebih mahal.


Namun demikian, perlu diketahui bahwa bukan berarti Sekolah A yang biayanya dinilai murah tersebut akan tetap sama murahnya pada tahun-tahun mendatang. Ini karena yang namanya Biaya Pendidikan pasti akan naik terus dari tahun ke tahun. Jadi, kalaupun sekarang ada sekolah yang biaya pendidikannya dirasa tidak mahal, tetapi karena biaya tersebut naik terus tiap tahun, jatuh-jatuhnya pasti mahal.


Saya beri contoh sederhana saja: anggap saja sekarang anak Anda berusia 3 tahun. Pertanyaannya gampang, kalau sekarang Uang Pangkal SMU adalah Rp 4 juta, dan usia rata-rata seseorang masuk SMU adalah ketika pada usia 15 tahun, apakah nantinya Anda akan membayar jumlah yang sama ketika nantinya anak Anda masuk SMU sekitar 12 tahun lagi? Pasti beda, karena nantinya Biaya Pendidikan tersebut pasti akan jauh lebih mahal.


Masih dari Safir Senduk, dikutip dari Tabloid NOVA No. 753/XIV


Tetapi sayangnya, dari pengalaman saya selama ini, saya banyak menemukan orang tua yang ¬ walaupun sadar bahwa pendidikan itu sangat penting ¬ tetapi tidak begitu mempedulikan persiapan dana pendidikan itu sendiri. Sebagai contoh, banyak cerita tentang beberapa orang tua yang meminjam uang kesana-kemari pada saat datangnya tahun ajaran baru. Selain itu, Kantor Pegadaian juga penuh karena banyak orang yang menggadaikan barang-barangnya untuk membayar uang sekolah anak.

Kenapa sih orangtua kadang tidak siap dari segi dana ketika tiba waktunya si anak masuk sekolah? Jawabannya, mungkin karena orangtua tidak menganggap bahwa dana pendidikan itu penting untuk dipersiapkan sejak sekarang. Lho, apakah memang penting menyiapkan dana pendidikan untuk anak? Jawabannya saya tulis besar-besar di sini: PENTING.


Ada empat alasan kenapa dana pendidikan penting untuk dipersiapkan, bahkan kalau bisa sejak sekarang:



Mahalnya Biaya Pendidikan Pada Saat Ini

Biaya Pendidikan pada saat ini sudah cukup tinggi. Sebuah universitas swasta terkenal di Jakarta ada yang meminta uang kuliah sebesar sekitar Rp 60 - 70 juta bagi mereka yang masuk kuliah tahun 2002 ini selama 5 tahun sampai lulus nanti. Bagi banyak orang, biaya hal tsb tentu terasa mencekik leher.


Naiknya Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun

Sudah biaya pendidikan di rasa mahal, jumlah tersebut biasanya akan terus naik dari tahun ke tahun. Dengan asumsi kenaikan sebesar 10 persen per tahun, maka dalam 17 tahun mendatang, bukan tidak mungkin Biaya Kuliah selama 5 tahun di S1 bisa mencapai sekitar Rp 300 juta.


Ekonomi Tidak Selalu Baik

Orang tua bisa saja menganggap bahwa penghasilannya sekarang aman-aman saja mengingat baiknya keadaan ekonomi sekarang ini. Sehingga mereka yakin bila si anak masuk sekolah nanti, dananya pasti tersedia. Tetapi, bila keadaan ekonomi menurun, bukan tidak mungkin penghasilan orang tua menjadi berkurang atau malah berhenti sehingga bisa saja dana pendidikan untuk si anak tidak akan siap bila dibutuhkan.


Fisik Manusia Tidak Selalu Sehat

Jangan anggap bahwa fisik manusia akan selalu sehat untuk bisa terus bekerja dan mendapatkan penghasilan. Bila Anda tidak menabung dan mempersiapkan dana pendidikan anak dari sekarang, maka bila suatu saat kelak fisik Anda tidak memungkinkan untuk Anda bisa terus bekerja, jangan harap dana pendidikan untuk anak Anda bisa tersedia.

Selain keempat alasan di atas, sebetulnya ada satu alasan lagi yang membuat kenapa dana pendidikan penting sekali untuk dipersiapkan sejak sekarang, yaitu: "Karena jadwal pendidikan anak Anda tidak mungkin dimundurkan atau ditunda." Jadwalnya sudah pasti. Contohnya, kalau anak Anda sudah waktunya masuk SD tetapi Anda tidak punya dana yang cukup untuk membayar uang pangkal-nya, masak Anda mau memundurkan jadwal anak Anda masuk SD ke tahun berikutnya hanya supaya Anda bisa membayar biaya uang pangkal-nya secara penuh? Tidak, kan? Jadi, persiapkan dana pendidikan anak Anda sejak sekarang. Jangan tunda lagi.


CONTOH MENGHITUNG BIAYA PENDIDIKAN LIHAT BAB VIII (Manfaat Rekening PRUdential untuk rencana dana pensiun, dana pendidikan & proteksi rencana keuangan keluarga)

Info : Risky - risky.prudential@yahoo.com
sms/call: 0838 4051 8349


lihat juga artikel mengenai SOLUSI CERDAS KEUANGAN KELUARGA lainnya

PENTINGNYA RENCANA KEUANGAN KELUARGA

Untuk menjelaskan pentingnya rencana keuangan keluarga yang kokoh sebaiknya mari kita simak kejadian-kejadian & kisah nyata berikut :

                                          
“AH…SAYANG SEGALANYA TELAH TERJADI”
Tepatnya 2 tahun 8 bulan yang lalu adalah saat-saat indah bagi kami. Saya dan suami sedang menantikan kelahiran anak pertama kami. Terbayang di benak saya bahwa akhirnya kami akan memiliki sebuah keluarga yang bahagia.

Betapa bahagianya ketika hal-hal yang diidam-idamkan saat remaja terwujud. Sekarang saya telah membangun keluarga sendiri, memiliki suami yang benar-benar ideal. Ia memiliki pekerjaan yang bisa dibanggakan dengan posisi yang lumayan dan penghasilan lebih dari cukup.
Sekarang Axelita sudah berumur 3 tahun, ia tumbuh dengan sehat dan tentu menjadi saat-saat yang menggemaskan bila ia masih bisa melihatnya. Sayang suamiku tidak bisa melihat kelucuan anaknya untuk selamanya.
Saya tak menyangka sama sekali kalau ia akan meninggalkan kami dengan cara mendadak akibat serangan jantung. Pagi hari sebelum kepergiannya ia merasa tidak enak badan. Pikirnya mungkin hanya masuk angin sesaat. Setelah beberapa lama ia merasa sehat dan memutuskan untuk tetap pergi ke kantor.
Dini hari sekitar pukul 02.00 ia mulai mengeluhkan rasa sakit yang luar biasa di sekitar dada, tubuhnya semakin lemas dan wajahnya pucat. Ia sudah hamper kehilangan kesadaran dan keringat sudah mulai membasahi tubuhnya. Tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit dan walau telah mendapat pertolongan, ia tetap tak mampu lagi bertahan hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
Menurut dokter, penyebabnya adalah kadar kolesterol yang tinggi. Sulit sekali bagi saya untuk mempercayai dan menerima bahwa (penyebab) kolesterol telah merenggut nyawa suami saya…ia masih muda, tidak merokok, dan suka berolahraga…belakangan saya baru tahu bahwa penyakit jantung ternyata bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia…
(Diambil dari Nova No. 1061/XXI/23-29 Juni 2008/Kisahku)
Kini si istri harus menanggung sendiri semua beban keluarga, penghasilan bulanan yang selama ini diterima dari suamipun berhenti sudah, semua menjadi terasa sangat berat..semua begitu tiba-tiba, apalagi jika membayangkan biaya dalam membesarkan & menyekolahkan anak tercintanya.

Berikut cerita sebuah keluarga yang diambil dari buku “The 7 Awareness” karya Naqoy ;
Ada sebuah keluarga harmonis yang terdiri dari Suami, Istri & seorang anak berusia 3 tahun. Suami bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan gaji & fasilitas lebih dari cukup. Mereka saat ini sudah memiliki rumah & mobil meski masih beberapa tahun lagi cicilannya.
Minggu itu sang suami mendapatkan tugas ke luar kota, namun ternyata ia tidak pulang lagi karena terjadi kecelakaan pada pesawat yang ditumpanginya. Sang istri sangat terpukul dengan kejadian ini, semua tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sepeninggal sang suami, kondisi ekonomi keluarga kian hari kian turun. Karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi berlebih, maka lama kelamaan tabungan semakin habis, puncaknya rumah & mobil disita oleh bank, lalu mereka pindah ke sebuah rumah kontrakan.
Mengingat demi masa depan sang buah hati satu satunya, sang Ibu yang tidak terbiasa bekerja berat itu kini harus berangkat pagi & pulang sore untuk berjualan sayuran dengan hasil yang hanya cukup, ia juga harus mengorbankan banyak waktu dengan anaknya karena sibuknya berjualan…

Simak juga beberapa kasus berikut ini :
  • Seorang wanita dari orang berada usia 27 tahun mendadak terkena stroke tanpa gejala sebelumnya, dari kantor tempat ia bekerja mendapat santunan 25 juta, untuk biaya berobat saja masih kurang yang menghabiskan total hampir 75 juta selama 6 bulan, ia diberhentikan dari kantor karena selain perlu istirahat yang lama juga dianggap tidak mungkin pulih kembali 100% kemampuan berfikirnya, namun Alhamdulillah ia sekarang sdh sehat & beraktifitas kembali, tapi sekarang berwiraswasta.
  • Seorang bapak di Jakarta Selatan usia 37 tahun & memiliki 1 orang anak usia 9 tahun, 5 tahun yang lalu ia terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya karena terkena penyakit jantung & tidak kuat lagi untuk beraktifitas normal, kini ia mengandalkan penghasilan istrinya yang berjualan.
  • Seorang Ibu terkena diabetes, kini ia menjadi tanggungan anak laki-lakinya yang juga sudah memiliki keluarga dengan 3 orang anak, tentu beban anak laki-lakinya menjadi semakin berat karena harus membiayai ibu & keluarganya.
  • Hasil survey terhadap orang muda usia 25 tahun, bagaimana kondisi mereka 40 tahun kemudian? Ternyata 1% kaya, 4% memiliki keuangan mandiri, 5% masih terpaksa bekerja, 12% bangkrut/kekurangan, 29% meninggal & 49% mengandalkan anak, panti jompo/sumbangan.
  • Survey WHO tahun 2002, 92% orang-orang sebelum meninggal mengalami kondisi kritis
Manusia dalam melakoni hidup & kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai macam resiko. Dapat dikatakan bahwa siklus hidup manusia hanya berkisar pada sehat, sakit & meninggal dunia seperti digambarkan berikut ini :


Semua dari kita tentunya tidak ingin mengalami musibah seperti dalam kisah di atas, namun…kita juga tidak dapat mencegah jika Tuhan sudah menentukannya. Oleh karena itu, usaha membangun keuangan keluarga menjadi sangat penting untuk menghindari/meminimalkan resiko keuangan jika terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Beberapa fenomena terakhir di Bulan Mei 2010 (disiarkan juga oleh beberapa stasiun tv swasta) yang merupakan dampak dari tidak adanya perencanaan keuangan, khususnya dalam mempersiapkan rencana pendidikan anak :
  • Elsi, siswi lulusan UN terbaik se Lampung 2010, cita-citanya ingin menjadi bidan, tapi masih belum pasti dapat melanjutkan karena orang tua tidak siap dalam biaya
  • Wildan adalah siswa terbaik se Jatim dengan rata-rata nilai 9,5 juga harus minta bantuan kemana-mana guna mengumpulkan dana untuk biaya kuliah, lagi-lagi karena tidak siap dana
  • Siswi terbaik Bali Shelly Silvia Bintang tidak dapat melanjutkan kuliah kedokteran yang dicita-citakannya, karena tidak siap dana, bahkan untuk menyiapkan uang 5 juta pun orang tuanya harus minjam dulu
  • Sebagai orang tua tentunya kita tidak ingin jika anak kita sampai tidak memiliki dana pendidikannya kelak, dan hal ini bisa terwujud dengan rencana keuangan yang baik.


Bagi Anda yang beragama islam, simak juga beberapa ayat & hadist di bawah ini, dimana, Islam dengan sangat jelas memerintahkan ummatnya untuk membuat persiapan rencana antisipasi dalam segala hal, salah satunya adalah dalam membuat rencana keuangan tentunya.
Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita melalui sebuah hadist “Pergunakan waktu sehatmu sebelum sakit, mudamu sebelum tua, lapangmu sebelum sempit, kayamu sebelum miskin, hidupmu sebelum matimu…….”

Q.S. Al Baqarah (2) ayat (240) :
“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu dan meninggalkan istri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya. (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma’ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”

Q.S. An Nisa (4) ayat (9) :
“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”

Mari juga kita simak Q.S. Yusuf (12) ayat (43 s/d 49), ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning (perencanaan) yang matang dalam mempersiapkan hari depan. Nabi yusuf A S seperti dicontohkan dalam Al Qur’an, membuat system proteksi untuk menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.

Dan saya yakin Andapun pernah mendengar cerita tentang sahabat nabi sbb:
Diceritakan ada seorang sahabat yang membawa unta, kemudian ia meninggalkan untanya tersebut untuk melakukan shalat tanpa diikat terlebih dahulu. Kemudian Nabi melihat hal tersebut, lalu bertanya “kenapa Anda tidak mengikat unta tersebut?”, sahabat menjawab “karena aku sudah bertawaqal kepada Allah”, lalu Nabi berkata lagi “Ikatlah, lalu bertawakalah”


Rencana keuangan yang baik pada kenyataannya akan membantu yang miskin semakin tidak miskin ... tetapi ‘SEPERTINYA’ orang kaya yang lebih banyak menggunakan rencana keuangan, sehingga jadinya kita lebih mengenal “YANG KAYA SEMAKIN KAYA”, he..he...

REKENING TWO IN ONE PRUDENTIAL

Sebagaimana sudah diketahui dari penjelasan sebelumnya bahwa untuk mempersiapkan dana pensiun atau dana pendidikan anak membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bisa jadi butuh waktu 7 tahun, 10 tahun atau 20 tahun, bukankah demikian?

Cara yang paling mudah untuk mempersiapkan kedua dana tersebut adalah dengan cara menabung setiap bulannya, semakin lama masa menabung Anda semakin ringan nilai tabungan per bulan yang harus dikeluarkan untuk tujuan yang sama.

Sebagian besar orang biasanya akan menabungkan uangnya di rekening bank, mari kita lihat ilustrasi jika Anda menabungkan uang Anda di bank sebagai berikut :

Nilai yang ditabungkan per bulan misalkan 1 juta rupiah, selama 10 tahun masa menabung, maka:


Sehingga total nilai tabungan Anda setelah 10 tahun menabung adalah 120 juta + bunga (bagi hasil), bukankah demikian?

Kita semua tentunya berharap & berdo’a semoga semua berjalan lancar selama masa menabung demi tercapainya cita-cita (pensiun, pendidikan & dana darurat), tetapi kenyataannya kita tetap tidak dapat menjamin selama 10 tahun masa menabung (jangka yang cukup lama bukan?) tidak terjadi musibah terhadap kita, seperti sakit & harus dirawat, sakit kritis atau bahkan kecelakaan yang menyebabkan cacat/meninggal dunia?

Pertanyaannya adalah :

Apa yang dapat diberikan oleh bank ketika Anda atau keluarga mengalami musibah tersebut? Tentunya hanya saldo tabungan Anda yang sudah terkumpul bukan? Berarti Anda harus mengambil tabungan. Jika demikian lalu bagaimana dengan ‘nasib’ cita-cita kita? Pensiun nyaman & dana pendidikan bisa hancur berantakan. Kesimpulannya, rencana keuangan Anda belum aman karena tidak ada proteksi untuk pencapaiannya dan lagi bagi hasil bank (bunga) yang hanya mengimbangi inflasi maka sebaiknya tabungan ini tidak menjadi pilihan pertama untuk rencana keuangan jangka panjang Anda. Kelebihan yang ada di bank hanya 1, yaitu hasil investasi yang Anda dapatkan pada tabungan bersifat pasti, yaitu 8-9% per tahun.

Sekarang bagaimana bedanya jika Anda merencanakan pensiun & dana pendidikan dengan menabung di rekening ‘two in one’ PRUdential syariah?

Misalkan kita menabung dengan nilai 1 juta rupiah/bulan di rekening PRUdential, maka:


Selain itu, selama menjadi nasabah PRUdential, nasabah akan mendapatkan santunan :

  • Rawat inap,ICU, operasi dengan total +/- 150 juta per tahun
  • Santunan kecelakaan hingga +/- 200 juta
  • Santunan ahli waris (santunan meninggal) +/- 200 juta

Apapun yang terjadi (apakah nasabah sakit & harus dirawat, sakit kritis, kecelakaan atau bahkan meninggal dunia), nasabah tidak perlu mengambil tabungannya seperti halnya jika kita menabung di bank, bahkan akan mendapat santunan. Sehingga rencana pensiun & pendidikan anak akan tetap tercapai.

Lalu bagaimana kalau kita sehat-sehat saja selama masa menabung? Tabungan PRUdential akan memberikan seluruh saldo tabungan nasabah dengan bagi hasil yang lebih tinggi dibanding dengan di bank.

KESIMPULANnya adalah : Jika Anda sehat walafiat selama menjadi nasabah, maka rekening PRUdential akan menjadi rekening biasa seperti bank dengan bagi hasil yang lebih tinggi, tetapi jika nasabah terkena musibah, maka rekening PRUdential akan menjadi rekening khusus yang akan memberikan santunan (proteksi) dan mengamankan cita-cita nasabah.

Berikut adalah beberapa contoh manfaat yang akan didapatkan bagi para nasabah yang menabungkan uangnya di Rekening Two in One (PAA) PRUdential (Syariah & Konvensional), diambil dari nasabah saya:

Spesifikasi : Laki-laki, tidak merokok, usia 28 tahun
Pekerjaan : Dokter
Tabungan : 1 juta/bulan


Dari tabel di atas, apapun yang akan terjadi dengan si nasabah sudah ada proteksi yang siap meng-cover, berikut saya gambarkan kemungkinan kejadian yang terjadi bagi si nasabah (juga bagi setiap orang bukan?) dari kemungkinan terburuk hingga terbaik:


Dari kedua tabel di atas terlihat bahwa, dengan tidak melihat sakit/sehat/meninggal/hidup, tabungan two in one (PAA) Prudential untuk jangka panjang jauh lebih bermanfaat. Kecuali Anda hanya akan menabung dalam jangka 1-2 tahun saja, jika demikian sebaiknya Anda menabung di bank (jangka pendek).

Untuk Info lebih lanjut, silakan hubungi : 0813 8844 8553 or mailto: hamidchuluq@yahoo.co.id
Akan lebih baik jika disebutkan,

1. nama (sesuai KTP)
2. Tanggal lahir
3. Jenis pekerjaan
4. Rencana menabung per bulan
5. Tujuan menabung (proteksi/proteksi&investasi/investasi)
6. Tunjangan kesehatan saat ini (Ada/tidak ada sama sekali)

Sehingga kami bisa membuatkan ilustrasi yang sesuai berdasarkan kondisi & tujuan masing-masing nasabah.
Lihat juga tulisan lainnya mengenai rencana keuangan keluarga

MENABUNG & RENCANA KEUANGAN KELUARGA

Membangun rencana keuangan keluarga pada kenyataannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak sekali hambatan & tantangan yang ditemui dalam perjalanannya, hanya keluarga yang telah memiliki kesadaran yang kuat, tekad yang kuat & konsistensi yang tinggilah yang akan mencapai puncak pencapaian.
Kunci kesuksesan sepenuhnya ada pada diri kita masing-masing sebagai anggota keluarga, terutama pada diri pencari nafkah atau kepala keluarga.
Namun demikian, tidak ada salahnya saya menyampaikan kembali sedikit & sesederhana mungkin mengenai gambaran rencana keuangan. Semoga bagi Anda yang sudah mengetahui sebelumnya menjadi lebih yakin & semakin menyadarinya, dan bagi Anda yang ‘kebetulan’ baru mendengarnya menjadi sadar dan tergerak untuk membangun rencana keuangan keluarganya saat ini juga.


Dua aturan pokok rencana keuangan keluarga dalam mengatur pendapatan:

1. Minimal 30% ditabungkan
(jika belum memungkinkan, boleh saja 20%nya untuk bayar utang, jadi minimal 10% harus ditabungkan)

2. Selebihnya (70%), digunakan untuk tagihan rutin & biaya hidup
Masyarakat Babilonia yang terkenal kaya & sejahtera selalu menerapkan dua hal tersebut. Bagaimana jika kondisi pembagian keuangan kita saat ini tidak seperti di atas? Maka mau tidak mau, suka tidak suka, jika ingin keuangan kita semakin membaik maka kita harus melakukan 2 langkah solusi :


Biasanya, yang langsung dapat kita lakukan adalah langkah pertama, yaitu kita efesiensikan & efektifkan pengeluaran kita. Selanjutnya kita cari jalan (yang halal tentunya) untuk dapat menambah penghasilan kita. Jika hukum 30/70 di atas sudah dilakukan, maka (InsyaAllah) kondisi keuangan kelurga akan terus semakin membaik sehingga berapapun utang kita akan bisa dilunasi & berapapun uang yang ingin kita kumpulkan akan terkumpul, tinggal masalah waktunya saja.
Jadi jika saat ini penghasilan Anda (take home pay) adalah Rp. 5.000.000,- maka yang sebaiknya ditabungkan adalah 30% x 5.000.000 = Rp. 1.500.000,-. Hah?... besar juga ya?... ya, memang lumayan besar, apalagi menurut masyarakat kita yang tidak terbiasa menabung & biasa menghabiskan seluruh gaji bulanannya.
Dari Rp. 1.500.000,- tersebut sebaiknya dibagi menjadi tabungunan jangka pendek, sedang & jangka panjang. Misalkan Rp. 750.000 untuk jangka pendek & setengahnya lagi untuk jangka panjang.

Selanjutnya mari kita lihat apa manfaatnya jika kita menabung lebih awal & dilakukan dengan konsisten. Berikut adalah cerita tentang Pak Siap & Pak Telat :
Pak Siap sudah mulai menabung sejak usia 30 tahun, sementara pak Telat karena ‘keseringan’ berpikir “ah, nanti saja kalau sudah longgar”, “nanti saja kalau cicilan sudah lunas”, “nanti saja, nanti saja & nanti saja” maka ia baru menabung di usia 35 tahun.
Kita lihat berapa dana yang harus dikeluarkan oleh Pak Siap & Pak Telat agar memperoleh nilai yang sama Rp. 500 juta di usia 50 tahun (asumsi rate 12%) :


Ternyata untuk memperoleh nilai 500 juta di usia 50 tahun, Pak Siap hanya mengeluarkan 105 juta, sementara Pak Telat harus mengeluarkan 168 juta, selisih 63 juta.
Hanya karena gara-gara menunda menabung dalam 5 tahun Pak Telat sudah ‘nombok’ 63 juta untuk hasil yang sama dengan Pak Siap di usia 50 tahun. Jika dirata-ratakan per tahun-nya Pak Telat sudah ‘rugi’ = 63 juta/5 tahun = 12,6 juta per tahun!!! atau ‘rugi’ nilai sebesar 1 juta per bulan!!!

Dari tabel tersebut terlihat bahwa Pak Siap hanya menabung 875 ribu/bulan, tetapi Pak Telat harus menabung 1,4 juta/bulan dengan masa menabung yang sama yaitu 10 tahun.
Semakin besar nilai akhir yang ingin Anda capai, maka semakin besar pula kerugian jika Anda menunda memulainya dari sekarang. Jika demikian, masihkah Anda ingin menunda menabung??? Apapun alasannya.